1. | SEJARAH SINGKAT |
| Ayam
petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara
khusus untuk diambil telurnya. Asal mula ayam unggas adalah
berasal dari ayam hutan dan itik liar yang ditangkap dan dipelihara
serta dapat bertelur cukup banyak. Tahun demi tahun ayam hutan
dari wilayah dunia diseleksi secara ketat oleh para pakar.
Arah seleksi ditujukan pada produksi yang banyak, karena
ayam hutan tadi dapat diambil telur dan dagingnya maka arah
dari produksi yang banyak dalam seleksi tadi mulai
spesifik. Ayam yang terseleksi untuk tujuan produksi daging
dikenal dengan ayam broiler, sedangkan untuk produksi telur
dikenal dengan ayam petelur. Selain itu, seleksi juga diarahkan pada
warna kulit telur hingga kemudian dikenal ayam petelur putih
dan ayam petelur cokelat. Persilangan dan seleksi itu
dilakukan cukup lama hingga menghasilkan ayam petelur
seperti yang ada sekarang ini. Dalam setiap kali
persilangan, sifat jelek dibuang dan sifat baik dipertahankan
(“terus dimurnikan”). Inilah yang kemudian dikenal dengan
ayam petelur unggul.
Menginjak awal tahun
1900-an, ayam liar itu tetap pada tempatnya akrab dengan
pola kehidupan masyarakat dipedesaan. Memasuki periode 1940-an,
orang mulai mengenal ayam lain selain ayam liar itu. Dari sini,
orang mulai membedakan antara ayam orang Belanda (Bangsa
Belanda saat itu menjajah Indonesia) dengan ayam liar di
Indonesia. Ayam liar ini kemudian dinamakan ayam lokal yang
kemudian disebut ayam kampung karena keberadaan ayam itu
memang di pedesaan. Sementara ayam orang Belanda disebut
dengan ayam luar negeri yang kemudian lebih akrab dengan sebutan ayam negeri (kala itu masih merupakan ayam negeri galur murni).
Ayam semacam ini masih bisa dijumpai di tahun 1950-an yang
dipelihara oleh beberapa orang penggemar ayam. Hingga
akhir periode 1980-an, orang Indonesia tidak banyak
mengenal klasifikasi ayam. Ketika itu, sifat ayam dianggap
seperti ayam kampung saja, bila telurnya enak dimakan maka
dagingnya juga enak dimakan. Namun, pendapat itu ternyata
tidak benar, ayam negeri/ayam ras ini ternyata bertelur banyak tetapi tidak enak dagingnya.
Ayam yang pertama masuk dan mulai diternakkan pada periode ini adalah ayam ras petelur white leghorn
yang kurus dan umumnya setelah habis masa produktifnya.
Antipati orang terhadap daging ayam ras cukup lama hingga
menjelang akhir periode 1990-an. Ketika itu mulai merebak
peternakan ayam broiler yang memang khusus untuk daging,
sementara ayam petelur dwiguna/ayam petelur cokelat mulai
menjamur pula. Disinilah masyarakat mulai sadar bahwa ayam
ras mempunyai klasifikasi sebagai petelur handal dan
pedaging yang enak. Mulai terjadi pula persaingan tajam antara
telur dan daging ayam ras dengan telur dan daging ayam kampung.
Sementara itu telur ayam ras cokelat mulai diatas angin,
sedangkan telur ayam kampung mulai terpuruk pada penggunaan
resep makanan tradisional saja. Persaingan inilah
menandakan maraknya peternakan ayam petelur.
Ayam
kampung memang bertelur dan dagingnya memang bertelur dan dagingnya
dapat dimakan, tetapi tidak dapat diklasifikasikan sebagai ayam
dwiguna secara komersial-unggul. Penyebabnya, dasar
genetis antara ayam kampung dan ayam ras petelur dwiguna
ini memang berbeda jauh. Ayam kampung dengan kemampuan
adaptasi yang luar biasa baiknya. Sehingga ayam kampung
dapat mengantisipasi perubahan iklim dengan baik dibandingkan ayam
ras. Hanya kemampuan genetisnya yang membedakan produksi kedua
ayam ini. Walaupun ayam ras itu juga berasal dari ayam liar
di Asia dan Afrika. |
2. | SENTRA PETERNAKAN |
| Ayam
telah dikembangkan sangat pesat di setiapa negara. Sentra
peternakan ayam petelur sudah dijumpai di seluruh pelosok
Indonesia terutama ada di Pulau Jawa dan Sumatera, tetapi
peternakan ayam telah menyebar di Asia dan Afrika serta sebagian Eropa. |
3. | J E N I S |
| Jenis ayam petelur dibagi menjadi dua tipe:
1) | Tipe Ayam Petelur Ringan.
Tipe ayam ini disebut dengan ayam petelur putih. Ayam
petelur ringan ini mempunyai badan yang
ramping/kurus-mungil/kecil dan mata bersinar. Bulunya
berwarna putih bersih dan berjengger merah. Ayam ini
berasal dari galur murni white leghorn. Ayam galur
ini sulit dicari, tapi ayam petelur ringan komersial banyak
dijual di Indonesia dengan berbagai nama. Setiap pembibit ayam
petelur di Indonesia pasti memiliki dan menjual ayam
petelur ringan (petelur putih) komersial ini. Ayam
ini mampu bertelur lebih dari 260 telur per tahun
produksi hen house. Sebagai petelur, ayam tipe ini
memang khusus untuk bertelur saja sehingga semua
kemampuan dirinya diarahkan pada kemampuan bertelur, karena
dagingnya hanya sedikit. Ayam petelur ringan ini sensitif
terhadapa cuaca panas dan keributan, dan ayam ini
mudah kaget dan bila kaget ayam ini produksinya akan
cepat turun, begitu juga bila kepanasan. |
2) | Tipe Ayam Petelur Medium.
Bobot tubuh ayam ini cukup berat. Meskipun itu,
beratnya masih berada di antara berat ayam petelur
ringan dan ayam broiler. Oleh karena itu ayam ini
disebut tipe ayam petelur medium. Tubuh ayam ini
tidak kurus, tetapi juga tidak terlihat gemuk. Telurnya
cukup banyak dan juga dapat menghasilkan daging yang banyak.
Ayam ini disebut juga dengan ayam tipe dwiguna. Karena
warnanya yang cokelat, maka ayam ini disebut dengan
ayam petelur cokelat yang umumnya mempunyai warna
bulu yang cokelat juga. Dipasaran orang mengatakan
telur cokelat lebih disukai daripada telur putih,
kalau dilihat dari warna kulitnya memang lebih menarik
yang cokelat daripada yang putih, tapi dari segi gizi dan rasa
relatif sama. Satu hal yang berbeda adalah harganya
dipasaran, harga telur cokelat lebih mahal daripada
telur putih. Hal ini dikarenakan telur cokelat lebih
berat daripada telur putih dan produksinya telur
cokelat lebih sedikit daripada telur putih. Selain
itu daging dari ayam petelur medium akan lebih laku dijual
sebagai ayam pedaging dengan rasa yang enak. |
|
4. | MANFAAT |
|
Ayam-ayam petelur unggul yang ada sangat baik dipakai
sebagai plasma nutfah untuk menghasilkan bibit yang bermutu.
Hasil kotoran dan limbah dari pemotongan ayam petelur merupakan hasil
samping yang dapat diolah menjadi pupuk kandang, kompos
atau sumber energi (biogas). Sedangkan seperti usus dan
jeroan ayam dapat dijadikan sebagai pakan ternak unggas
setelah dikeringkan. Selain itu ayam dimanfaatkan juga
dalam upacara keagamaan. |
5. | PERSYARATAN LOKASI |
|
1) | Lokasi yang jauh dari keramaian/perumahan penduduk. |
2) | Lokasi mudah dijangkau dari pusat-pusat pemasaran. |
3) | Lokasi terpilih bersifat menetap, tidak berpindah-pindah. |
|
6. | PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA |
| Sebelum
usaha beternak dimulai, seorang peternak wajib memahami 3
(tiga) unsur produksi yaitu: manajemen (pengelolaan usaha
peternakan), breeding (pembibitan) dan feeding (makanan ternak/pakan)
6.1. | Penyiapan Sarana dan Peralatan
- Kandang
Iklim
kandang yang cocok untuk beternak ayam
petelur meliputi persyaratan temperatur berkisar
antara 32,2–35 derajat C, kelembaban berkisar
antara 60–70%, penerangan dan atau pemanasan
kandang sesuai dengan aturan yang ada, tata letak
kandang agar mendapat sinar matahari pagi dan tidak
melawan arah mata angin kencang serta
sirkulasi udara yang baik, jangan membuat
kandang dengan permukaan lahan yang
berbukit karena menghalangi sirkulasi udara
dan membahayakan aliran air permukaan bila turun hujan,
sebaiknya kandang dibangun dengan sistem terbuka agar
hembusan angin cukup memberikan kesegaran di
dalam kandang.
Untuk kontruksi kandang tidak harus dengan bahan yang
mahal, yang penting kuat, bersih dan tahan lama.
Selanjutnya perlengkapan kandang hendaknya
disediakan selengkap mungkin seperti tempat
pakan, tempat minum, tempat air, tempat
ransum, tempat obat-obatan dan sistem alat
penerangan.
Bentuk-bentuk kandang berdasarkan sistemnya
dibagi menjadi dua: a) Sistem kandang
koloni, satu kandang untuk banyak ayam yang
terdiri dari ribuan ekor ayam petelur; b)
Sistem kandang individual, kandang ini
lebih dikenal dengan sebutan cage. Ciri dari kandang
ini adalah pengaruh individu di dalam kandang tersebut
menjadi dominan karena satu kotak kandang untuk
satu ekor ayam. Kandang sistem ini banyak
digunakan dalam peternakan ayam petelur
komersial.
Jenis kandang berdasarkan lantainya dibagi
menjadi tiga macam yaitu: 1) kandang dengan
lantai liter, kandang ini dibuat dengan
lantai yang dilapisi kulit padi,
pesak/sekam padi dan kandang ini umumnya diterapkan
pada kandang sistem koloni; 2) kandang dengan lantai
kolong berlubang, lantai untuk sistem ini terdiri
dari bantu atau kayu kaso dengan lubang-lubang
diantaranya, yang nantinya untuk membuang
tinja ayam dan langsung ke tempat
penampungan; 3) kandang dengan lantai campuran
liter dengan kolong berlubang, dengan perbandingan
40% luas lantai kandang untuk alas liter dan 60% luas
lantai dengan kolong berlubang (terdiri dari 30%
di kanan dan 30% di kiri).
- Peralatan
a. | Litter (alas lantai)
Alas lantai/litter harus dalam keadaan
kering, maka tidak ada atap yang
bocor dan air hujan tidak ada yang
masuk walau angin kencang. Tebal
litter setinggi 10 cm, bahan litter dipakai
campuran dari kulit padi/sekam dengan sedikit
kapur dan pasir secukupnya, atau hasi serutan
kayu dengan panjang antara 3–5 cm untuk
pengganti kulit padi/sekam. |
b. | Tempat bertelur
Penyediaan tempat bertelur agar mudah
mengambil telur dan kulit telur tidak
kotor, dapat dibuatkan kotak ukuran
30 x 35 x 45 cm yang cukup untuk 4–5
ekor ayam. Kotak diletakkan dididing
kandang dengan lebih tinggi dari tempat bertengger,
penempatannya agar mudah pengambilan telur dari
luar sehingga telur tidak pecah dan
terinjak-injak serta dimakan. Dasar
tempat bertelur dibuat miring dari
kawat hingga telur langsung ke luar
sarang setelah bertelur dan dibuat lubah yang
lebih besar dari besar telur pada dasar sarang. |
c. | Tempat bertengger
Tempat bertengger untuk tempat
istirahat/tidur, dibuat dekat dinding
dan diusahakan kotoran jatuh ke
lantai yang mudah dibersihkan dari
luar. Dibuat tertutup agar terhindar dari angin
dan letaknya lebih rendah dari tempat bertelur. |
d. | Tempat makan, minum dan tempat grit
Tempat makan dan minum harus tersedia
cukup, bahannya dari bambu, almunium
atau apa saja yang kuat dan tidak
bocor juga tidak berkarat. Untuk
tempat grit dengan kotak khusus |
|
|
6.2. | Peyiapan Bibit Ayam petelur yang akan dipelihara haruslah memenuhi syarat sebagai berikut, antara lain: a) Ayam petelur harus sehat dan tidak cacat fisiknya. b) Pertumbuhan dan perkembangan normal. c) Ayam petelur berasal dari bibit yang diketahui keunggulannya.
Ada beberapa pedoman teknis untuk memilih bibit/DOC (Day Old Chicken) /ayam umur sehari: a) Anak ayam (DOC ) berasal dari induk yang sehat. b) Bulu tampak halus dan penuh serta baik pertumbuhannya . c) Tidak terdapat kecacatan pada tubuhnya. d) Anak ayam mempunyak nafsu makan yang baik. e) Ukuran badan normal, ukuran berat badan antara 35-40 gram. f) Tidak ada letakan tinja diduburnya.
- Pemilihan Bibit dan Calon Induk
Penyiapan bibit ayam petelur yang berkreteria
baik dalam hal ini tergantung sebagai
berikut:
a. | Konversi Ransum.
Konversi ransum merupakan perabandingan
antara ransum yang dihabiskan ayam
dalam menghasilkan sejumlah telur.
Keadaan ini sering disebut dengan
ransum per kilogram telur. Ayam yang baik akan
makan sejumlah ransum dan menghasilkan telur
yang lebih banyak/lebih besar daripada sejumlah
ransum yang dimakannya. Bila ayam itu makan
terlalu
banyak dan bertelur sedikit maka hal ini merupakan
cermin buruk bagi ayam itu. Bila bibit ayam
mempunyai konversi yang kecil maka bibit
itu dapat dipilih, nilai konversi ini
dikemukakan berikut ini pada
berbagai bibit ayam dan juga dapat
diketahui dari lembaran daging yang sering
dibagikan pembibit kepada peternak dalam setiap
promosi penjualan bibit ayamnya. |
b. | Produksi Telur.
Produksi telur sudah tentu menjadi
perhatian. Dipilih bibit yang dapat
memproduksi telur banyak. Tetapi
konversi ransum tetap utama sebab ayam
yang produksi telurnya tinggi tetapi makannya
banyak juga tidak menguntungkan. |
c. | Prestasi bibit dilapangan/dipeternakan.
Apabila kedua hal diatas telah baik
maka kemampuan ayam untuk bertelur
hanya dalam sebatas kemampuan bibit
itu. Contoh prestasi beberapa jenis bibit
ayam petelur dapat dilihat pada data di bawah
ini.
- | Babcock B-300 v: berbulu putih, type ringan, produksi telur(hen house) 270, ransum 1,82 kg/dosin telur. |
- | Dekalb Xl-Link: berbulu putih, type ringan, produksi telur(hen house) 255-280, ransum 1,8-2,0 kg/dosin telur. |
- | Hisex white: berbulu putih, type ringan, produksi telur(hen house) 288, ransum 1,89 gram/dosin telur. |
- | H & W nick: berbulu putih, type ringan, produksi telur(hen house) 272, ransum 1,7-1,9 kg/dosin telur. |
- | Hubbarb leghorn: berbulu putih, type ringan, produksi telur(hen house)260, ransum 1,8-1,86 kg/dosin telur. |
- | Ross white: berbulu putih, type ringan, produksi telur(hen house) 275, ransum 1,9 kg/dosin telur. |
- | Shaver S 288: berbulu putih, type ringan, produksi telur(hen house)280, ransum 1,7-1,9 kg/dosin telur. |
- | Babcock B 380: berbulu cokelat, type Dwiguna, produksi telur(hen house) 260-275, ransum 1,9 kg/dosin telur. |
- | Hisex brown: berbulu cokelat, type Dwiguna, produksi telur(hen house)272, ransum 1,98 kg/dosin telur. |
- | Hubbarb golden cornet: berbulu cokelat, type Dwiguna, produksi telur(hen house) 260, ransum 1,24-1,3 kg/dosin telur. |
- | Ross Brown: berbulu cokelat, type Dwiguna, produksi telur(hen house) 270, ransum 2,0 kg/dosin telur. |
- | Shaver star cross 579: berbulu cokelat, type Dwiguna, produksi telur(hen house) 265, ransum 2,0-2,08 kg/dosin telur. |
- | Warren sex sal link: berbulu cokelat, type Dwiguna, produksi telur(hen house) 280, ransum 2,04 kg/dosin telur. |
|
|
|
6.3. | Pemeliharaan
- Sanitasi dan Tindakan Preventif
Kebersihan lingkungan kandang (sanitasi) pada
areal peternakan merupakan usaha
pencegahan penyakit yang paling murah,
hanya dibutuhkan tenaga yang ulet/terampil
saja. Tindakan preventif dengan memberikan vaksin
pada ternak dengan merek dan dosis sesuai catatan
pada label yang dari poultry shoup.
- Pemberian Pakan
Untuk
pemberian pakan ayam petelur ada 2 (dua)
fase yaitu fase starter (umur 0-4 minggu)
dan fase finisher (umur 4-6 minggu).
a. | Kualitas dan kuantitas pakan fase starter adalah sebagai berikut:
- | Kwalitas
atau kandungan zat gizi pakan
terdiri dari protein 22-24%,
lemak 2,5%, serat kasar 4%, Kalsium (Ca)
1%, Phospor (P) 0,7-0,9%, ME 2800-3500
Kcal. |
- | Kwantitas
pakan terbagi/digolongkan
menjadi 4 (empat) golongan yaitu minggu
pertama (umur 1-7 hari) 17 gram/hari/ekor;
minggu kedua (umur 8-14 hari) 43 gram/hari/ekor;
minggu ke-3 (umur 15-21 hari) 66
gram/hari/ekor dan minggu ke-4
(umur 22-29 hari) 91 gram/hari/ekor.
Jadi jumlah pakan yang dibutuhkan tiap
ekor sampai pada umur 4 minggu sebesar
1.520 gram. |
|
b. | Kwalitas dan kwantitas pakan fase finisher adalah sebagai berikut:
- | Kwalitas
atau kandungan zat gizi pakan
terdiri dari protein 18,1-21,2%;
lemak 2,5%; serat kasar 4,5%; kalsium
(Ca) 1%; Phospor (P) 0,7-0,9% dan energi
(ME) 2900-3400 Kcal. |
- | Kwantitas
pakan terbagi/digolongkan
dalam empat golongan umur yaitu: minggu
ke-5 (umur 30-36 hari) 111 gram/hari/ekor;
minggu ke-6 (umut 37-43 hari) 129 gram/hari/ekor;
minggu ke-7 (umur 44-50 hari)
146 gram/hari/ekor dan minggu
ke-8 (umur 51-57 hari) 161
gram/hari/ekor. Jadi total jumlah pakan
per ekor pada umur 30-57 hari adalah 3.829
gram. |
|
Pemberian
minum disesuaikan dangan umur ayam, dalam
hal ini dikelompokkan dalam 2 (dua) fase yaitu:
a. | Fase
starter (umur 1-29 hari) kebutuhan
air minum terbagi lagi pada masing-masing
minggu, yaitu minggu ke-1 (1-7 hari) 1,8 lliter/hari/100
ekor; minggu ke-2 (8-14 hari) 3,1
liter/hari/100 ekor; minggu ke-3
(15-21 hari) 4,5 liter/hari/100 ekor
dan minggu ke-4 (22-29 hari) 7,7 liter/hari/ekor.
Jadi jumlah air minum yang dibutuhkan sampai
umur 4 minggu adalah sebanyak 122,6 liter/100
ekor. Pemberian air minum pada hari
pertama hendaknya diberi tambahan
gula dan obat anti stress kedalam air
minumnya. Banyaknya gula yang
diberikan adalah 50 gram/liter air. |
b. | Fase
finisher (umur 30-57 hari),
terkelompok dalam masing-masing minggu yaitu
minggu ke-5 (30-36 hari) 9,5 lliter/hari/100
ekor; minggu ke-6 (37-43 hari) 10,9 liter/hari/100
ekor; minggu ke-7 (44-50 hari) 12,7
liter/hari/100 ekor dan minggu ke-8
(51-57 hari) 14,1 liter/hari/ekor.
Jadi total air minum 30-57 hari sebanyak 333,4
liter/hari/ekor. |
- Pemberian Vaksinasi dan Obat
Vaksinasi merupakan salah satu cara
pengendalian penyakit virus yang
menulardengan cara menciptakan kekebalan
tubuh. Pemberiannya secara teratur sangat penting
untuk mencegah penyakit. Vaksin dibagi menjadi 2 macam
yaitu:
Vaksin aktif
adalah vaksin mengandung virus hidup.
Kekebalan yang ditimbulkan lebih lama daripada dengan
vaksin inaktif/pasif.
Vaksin inaktif, adalah vaksin yang mengandung
virus yang telah dilemahkan/dimatikan
tanpa merubah struktur antigenic, hingga
mampu membentuk zat kebal. Kekebalan yang
ditimbulkan lebih pendek, keuntungannya disuntikan
pada ayam yang diduga sakit.
Macam-macam vaksin: a) Vaksin NCD vrus Lasota buatan Drh Kuryna b) Vaksin NCD virus Komarov buatan Drh Kuryna (vaksin inaktif) c) Vaksin NCD HB-1/Pestos. d) Vaksin Cacar/pox, virus Diftose. e) Vaksin anti RCD Vaksin Lyomarex untuk Marek.
Persyaratan dalam vaksinasi adalah: a) Ayam yang divaksinasi harus sehat. b) Dosis dan kemasan vaksin harus tepat. c) Sterilisasi alat-alat.
- Pemeliharaan Kandang
Agar bangunan kandang dapat berguna secara
efektif, maka bangunan kandang perlu
dipelihara secara baik yaitu kandang selalu
dibersihkan dan dijaga/dicek apabila ada
bagian yang rusak supaya segera disulam/diperbaiki
kembali. Dengan demikian daya guna kandang bisa maksimal
tanpa mengurangi persyaratan kandang bagi ternak
yang dipelihara.
|
|
|
7. | HAMA DAN PENYAKIT |
|
7.1. | Penyakit
1. | Berak putih (pullorum) Menyerang ayam kampung dengan angka kematian yang tinggi. Penyebab : Salmonella pullorum. Pengendalian : diobati dengan antibiotika |
2. | Foel typhoid Sasaran yang disering adalah ayam muda/remaja dan dewasa. Penyebab : Salmonella gallinarum. Gejala : ayam mengeluarkan tinja yang berwarna hijau kekuningan. Pengendalian : dengan antibiotika/preparat sulfa. |
3. | Parathyphoid Menyerang ayam dibawah umur satu bulan. Penyebab : bakteri dari genus Salmonella. Pengendalian : dengan preparat sulfa/obat sejenisnya. |
4. | Kolera
Penyakit ini jarang menyerang anak ayam atau ayam
remaja tetapi selain menyerang ayam menyerang
kalkun dan burung merpati. Penyebab : pasteurella multocida. Gejala : pada serangan yang serius pial ayam (gelambir dibawah paruh) akan membesar. Pengendalian : dengan antibiotika (Tetrasiklin/Streptomisin). |
5. | Pilek ayam (Coryza) Menyerang semua umur ayam dan terutama menyerang anak ayam. Penyebab : makhluk intermediet antara bakteri dan virus. Gejala : ayam yang terserang menunjukkan tanda-tanda seperti orang pilek. Pengendalian : dapat disembuhkan dengan antibiotia/preparat sulfa. |
6. | CRD
CRD adalah penyakit pada ayam yang populer di
Indonesia. Menyerang anak ayam dan ayam remaja.
Pengendalian: dilakukan dengan antibiotika (Spiramisin dan Tilosin). |
7. | Infeksi synovitis Penyakit ini sering menyerang ayam muda terutama ayam broiler dan kalkun. Penyebab : bakteri dari genus Mycoplasma. Pengendalian : dengan antibiotika. |
|
7.2. | Penyakit karena Virus
1. | Newcastle disease (ND) ND
adalah penyakit oleh virus yang populer di
peternak ayam Indonesia. Pada awalnya penyakit ditemukan
tahun 1926 di daerah Priangan.Tungau (kutuan) Penemuan
tersebut tidak tersebar luas ke seluruh dunia.
Kemudian di Eropa, penyakit ini ditemukan
lagi dan diberitakan ke seluruh dunia.
Akhirnya penyakit ini disebut Newcastle
disease. |
2. | Infeksi bronchitis
Infeksi bronchitis menyerang semua umur ayam.
Pada dewasa penyakit ini menurunkan produksi
telur. Penyakit ini merupakan penyakit
pernafasan yang serius untuk anak ayam dan
ayam remaja. Tingkat kematian ayam dewasa adalah
rendah, tapi pada anak ayam mencapai 40%. Bila menyerang
ayam petelur menyebabkan telur lembek, kulit telur tidak
normal, putih telur encer dan kuning telur
mudah berpindah tempat (kuning telur yang
normal selalu ada ditengah). Tidak ada
pengobatan untuk penyakit ini tetapi dapat
dicegah dengan vaksinasi. |
3. | Infeksi laryngotracheitis
Infeksi laryngotracheitis merupakan penyakit
pernapasan yang serius terjadi pada unggas. Penyebab :
virus yang diindetifikasikan dengan Tarpeia
avium. Virus ini di luar mudah dibunuh dengan
desinfektan, misalnya karbol. Pengendalian :
(1) belum ada obat untuk mengatasi penyakit
ini; (2) pencegahan dilakukan dengan
vaksinasi dan sanitasi yang ketat. |
4. | Cacar ayam (Fowl pox) Gejala : tubuh ayam bagian jengger yang terserang akan bercak-bercak cacar. Penyebab : virus Borreliota avium. Pengendalian: dengan vaksinasi. |
5. | Marek
Penyakit ini menjadi populer sejak tahun
1980-an hingga kini menyerang bangsa unggas,
akibat serangannya menyebabkan kematian ayam
hingga 50%. Pengendalian: dengan vaksinasi. |
6. | Gumboro
Penyakit ini ditemukan tahun 1962 oleh Cosgrove
di daerah Delmarva Amerika Serikat. Penyakit
ini menyerang bursa fabrisius, khususnya
menyerang anak ayam umur 3–6 minggu. |
|
7.3. | Penyakit karena Jamur dan Toksin
Penyakit ini karena ada jamur atau sejenisnya yang
merusak makanan. Hasil perusakan ini mengeluarkan zak
racun yang kemudian di makan ayam. Ada pula
pengolahan bahan yang menyebabkan asam amino berubah
menjadi zat beracun. Beberapa penyakit ini adalah :
1. | Muntah darah hitam (Gizzerosin) Ciri kerusakan total pada gizzard ayam. Penyebab: adalah racun dalam
tepung ikan tetapi tidak semua tepung ikan
menimbulkan penyakit ini. Timbul penyakit ini
akibat pemanasan bahan makanan yang
menguraikan asam amino hingg menjadi racun. Pengendalian: belum ada. |
2. | Racun dari bungkil kacang
Minyak yang tinggi dalam bungkil kelapa dan
bungkil kacang merangsang pertumbuhan jamur
dari grup Aspergillus. Untuk menghindari
keracunan bungkil kacang maka dalam rancung
tidak digunakan antioksidan atau bungkil kacang
dan bungkil kelapa yang mengandung kadar lemak tinggi. |
|
7.4. | Penyakit karena Parasit
1. | Cacing
Karena penyakit cacing jarang ditemukan di
peternakan yang bersih dan terpelihara baik.
Tetapi peternakan yang kotor banyak siput air
dan minuman kotor maka mungkin ayam
terserang cacingan. Ciri serangan cacingan adalah
tubuhnya kurus, bulunya kusam, produksi telur merosot
dan kurang aktif. |
2. | Kutu
Banyak menyerang ayam di peternakan Indonesia.
Dari luar kutu tidak terlihat tapi bila bulu
ayam disibak akan terlihat kutunya. Tanda
fisik ayam terserang ayam akan gelisah. Kutu
umum terdapat di kandang yang tidak terkena
sinar matahari langsung maka sisi samping kandang
diarahkan melintang dari Timur ke Barat. Penggunaan
semprotan kutu sama dengan cara penyemprotan nyamuk.
Penyemprotan ini tidak boleh mengenai tangan dan
mata secara langsung dan penyemprotan
dilakukan malam hari sehingga pelaksanaannya
lebih mudah karena ayam tidak aktif. |
|
7.5. | Penyakit karena Protoza Penyakit ini berasal dari protozoa (trichomoniasis, Hexamitiasis dan Blachead),
penyakit ini dimasukkan ke golongan parasit tetapi
sebenarnya berbeda. Penyakit ini jarang menyerang ayam
lingkungan peternakan dijaga kebersihan dari alang-alang dan
genangan air. |
|
8. | P A N E N |
|
8.1. | Hasil Utama
Hasil utama dari budidaya ayam petelur adalah berupa
telur yang diahsilkan oelh ayam. Sebaiknya telur
dipanen 3 kali dalam sehari. Hal ini bertujuan agar
kerusakan isi tlur yang disebabkan oleh virus dapat
terhindar/terkurangi. Pengambilan pertama pada pagi
hari antara pukul 10.00-11.00; pengambilan kedua pukul 13.00-14.00;
pengambilan ketiga (terakhir)sambil mengecek seluruh
kandang dilakukan pada pukul 15.00-16.00. |
8.2. | Hasil Tambahan
Hasil tambahan yang dapat dinukmati dari hasil budidaya
ayam petelur adalah daging dari ayam yang telah tua
(afkir) dan kotoran yang dapat dijual untuk dijadikan
pupuk kandang. |
8.3. | Pengumpulan Telur yang telah dihasilkan diambil dan diletakkan di atas egg tray
(nampan telur). Dalam pengambilan dan pengumpulan
telur, petugas pengambil harus langsung memisahkan antara telur
yang normal dengan yang abnormal. Telur normal adalah telur
yang oval, bersih dan kulitnya mulus serta beratnya
57,6 gram dengan volume sebesar 63 cc. Telur yang
abnormal misalnya telurnya kecil atau terlalu besar,
kulitnya retak atau keriting, bentuknya lonjong. |
8.4. | Pembersihan
Setelah telur dikumpulkan, selanjutnya telur yang kotor
karena terkena litter atau tinja ayam dibershkan.
Telur yang terkena litter dapat dibersihkan dengan
amplas besi yang halus, dicuci secara khusus atau
dengan cairan pembersih. Biasanya pembersihan
dilakukan untuk telur tetas. |
|
9. | PASCA PANEN |
| --- |
10. | ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN |
|
10.1. | Analisis Usaha Budidaya Perkiraan analisis budidaya ayam petelur buras (150 ekor) tahun 1998 di Bintaro, Jakarta.
1) Biaya produksi
a. | Modal tetap (investasi) - Kandang dan atap - Induk 150 ekor @ Rp. 17.500,- Jumlah biaya modal tetap | Rp. 225.000,- Rp. 2.626.000,- Rp. 2.850.000,- |
b. | Modal kerja/variabel - Pakan 90 gr x 150 x Rp. 1.210,-/kg x 30 - Penyusutan kandang (4tahun) - Penyusutan induk (umur produktif 2 tahun) - Obat-obatan - Resiko kematian 3% per tahun | Rp. 490.000,- Rp. 4.700,- Rp. 109.375,- Rp. 1.000,- Rp. 6.565,- |
| Jumlah biaya modal kerja | Rp. 611.640,- |
| Jumlah biaya prasarana produksi | Rp. 611.640,- |
2) Pendapatan
a. | Telur 60 x Rp. 650,- x 30 | Rp. 1.170.000,- |
b. | Ayam afkir 141 ekor x Rp. 10.000,- | Rp. 58.750,- |
| Jumlah pendapatan | Rp. 1.228.750,- |
3) Keuntungan
a. | Rp. 1228.750,- – Rp. 611.640,- | = Rp. 617.110,- |
4) Parameter kelayakan usaha
Keterangan : - Perhitungan biaya dan pendapatan dilakukan dalam 1 bulan - Harga-harga diperhitungkan pada bulan November 1998 - Diperlukan luas tanah 40 m2 |
10.2. | Gambaran Peluang Agribisnis
Dewasa ini kebutuhan telur dalam negeri terus meningkat
sejalan dengan peningkatan pola hidup manusia dalam
meningkatkan kebutuhan akan protein hewani yang
berasal dari telur. Selain itu juga adanya program
pemerintah dalam meningkatkan gizi masyarakat
terutama anak-anak. Kebutuhan akan telur yang terus meningkat
tidak diimbangi dengan produksi telur yang besar sehingga
terjadilah kekurangan persediaan telur yang
mengakibatkan harga telur mahal.
Dengan melihat
kondisi tersebut budidaya ayam petelur dapat
memberikan keuntungan yang menjanjikan bila di kelola secara
intensif dan terpadu. |
|
11. | DAFTAR PUSTAKA |
|
1. | Muhammad Rasyaf, Dr.,Ir. Beternak Ayam Pedaging. Penerbit Penebar Swadaya (anggota IKAPI) Jakarta. |
2. | Cahyono,
Bambang, Ir.1995. Cara Meningkatkan Budidaya Ayam
Ras Pedaging (Broiler). Penerbit Pustaka Nusatama Yogyakarta.
|
|
12. | KONTAK HUBUNGAN
1. | Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENAS Jl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829 |
2. | Kantor
Menteri Negara Riset dan Teknologi, Deputi Bidang Pendayagunaan
dan Pemasyarakatan Iptek, Gedung II BPPT Lantai 6, Jl.
M.H.Thamrin No. 8, Jakarta 10340, Indonesia, Tel. +62
21 316 9166~69, Fax. +62 21 310 1952, Situs Web: http://www.ristek.go.id |
|
|
|
| Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan |
0 komentar:
Posting Komentar