Selasa, 25 September 2012

Monumen Pancasila Sakti

Sudah cukup lama saya berkunjung ke Monumen Pancasila Sakti ini, namun baru sekarang tulisannya bisa diterbitkan. Foto-foto Monumen Pancasila Sakti pernah saya terbitkan di Facebook beberapa bulan lalu, lantaran sudah lama mengeram namun belum sempat juga membuat tulisannya. Akibatnya ada perasaan bahwa tulisannya sudah dibuat, padahal belum.
Monumen Pancasila SaktiMonumen Pancasila Sakti pada mobil sedan bernomor AD-01, kendaraan dinas LetJen A. Yani ketika menjabat Men/Pangad KOTI (Komando tertinggi). Sedangkan sebelah kanannya mobil dinas Jeep Toyota Kanvas Nomor 04-62957 / 44-10, digunakan Pangkostrad Mayjen Soeharto pada 4 Oktober 1965 saat memimpin pengangkatan jenazah dari sumur maut Lubang Buaya.
Monumen Pancasila SaktiMonumen Pancasila Sakti ketika sekelompok pelajar SMP tengah menyimak penjelasan gurunya mengenai peristiwa terbunuhnya petinggi TNI-AD saat malam 30 September 1965.
Bangunan cungkup berlambang burung garuda berwarna keemasan di samping kiri para pelajar itu adalah bangunan lubang sumur maut, tempat para jenderal dimasukkan setelah terlebih dahulu disiksa PKI.
Pada latar belakang adalah Monumen Pancasila Sakti dengan patung para Pahlawan Revolusi dalam posisi berdiri.
Monumen Pancasila SaktiMonumen Pancasila Sakti ketika para pelajar masih asik menyimak. Di belakang para pelajar ini terdapat rumah dimana para jenderal disiksa oleh PKI, sebelum jasadnya dimasukkan ke dalam sumur Lubang Buaya.
Monumen Pancasila SaktiMonumen Pancasila Sakti dengan diorama seukuran sebenarnya menggambarkan penyiksaan Mayjen R Soeprapto, Mayjen S. Parman, Brigjen Soetojo Siswomihardjo serta Lettu Czi Pierre A. Tendean oleh Pemuda Rakyat dan Gerwani, pada serambi rumah dimana peristiwa mengenaskan itu terjadi. Sementara LetJen. A. Yani, BrigJen DI Panjaitan, serta MayJen M.T. Haryono telah terlebih dahulu dibunuh.
Monumen Pancasila SaktiMonumen Pancasila Sakti saat seorang pengunjung tercenung mengamati sumur maut Lubang Buaya berdiameter 75 cm, berkedalaman 12 m, tempat ketujuh korban dimasukkan secara bertumpuk dengan posisi kepala dibawah.
Untuk menyamarkan, sumur diisi batang-batang pisang dan sampah, lalu ditutup tanah. Jenazah baru bisa diangkat pada 4 Oktober 1965 dalam keadaan sudah rusak.
Monumen Pancasila SaktiMonumen Pancasila Sakti pada lubang Sumur Maut itu. Sebuah prasasti disamping lubang sumur, berbunyi (dalam ejaan lama): “Tjita2 perdjuangan kami untuk menegakkan kemurnian Pantja Sila tidak mungkin dipatahkan hanja dengan mengubur kami dalam sumur ini. Lobang Buaja, 1 October 1965″
Monumen Pancasila SaktiMonumen Pancasila Sakti dengan patung Pahlawan Revolusi, sekitar 45 m dari cungkup sumur, dicapai dengan menaiki 7 buah anak tangga. Dinding belakang Patung Pahlawan Revolusi itu tingginya 17 m, di atas bidang 17 x 17 m2.
Monumen Pancasila SaktiMonumen Pancasila Sakti dengan kepak sayap patung Garuda Pancasila berukuran raksasa itu seolah memayungi ketujuh Patung Pahlawan Revolusi dalam posisi hampir setengah lingkaran.
Dari kiri adalah Brigjen Soetojo Siswomiharjo, Brigjen D.I Panjaitan, Mayjen R. Soeprapto, Letjen A. Yani, Mayjen MT. Harjono, Mayjen S. Parman, Lettu Pierre A. Tandean.
Pada dinding landasan patung Monumen Pancasila Sakti terdapat relief, menggambarkan peristiwa sebelum dan saat meletusnya peristiwa G30S PKI, serta penumpasan oleh tentara dan masyarakat.
Monumen Pancasila SaktiMonumen Pancasila Sakti dengan pepohonan rindang, membuat orang betah menikmati suasana dimana pernah terjadi peristiwa tragis yang memicu rentetan peristiwa yang menentukan perjalanan bangsa selama lebih dari 30 tahun.
Monumen Pancasila SaktiMonumen Pancasila Sakti dengan replika Truk Dodge tahun 1961 buatan Amerika ber nomor B.2982.L milik PN Arta Yasa yang dirampas PKI di Jl. Iskandarsyah, Kebayoran Baru, untuk menculik dan mengangkut mayat Brigjen DI Pandjaitan dari rumahnya Jl. Hasanudin 52, Keboyaran Baru ke Lubang Buaya.
Pertarungan meraih kekuasaan selalu membawa korban jiwa harta, baik pada aktor utama, pemain pembantu, figuran, sampai yang tidak tahu menahu. Keturunannya pun tak luput dari getahnya. Namun kekuasaan yang manis, memabukkan, mencandu itu suatu ketika lepas juga, sering dengan kadar ketragisan sebanding dengan kadar euforia ketika memperolehnya.

Monumen Panca Sila Sakti

Jl. Raya Pondok Gede Lubang Buaya,
Cipayung, Jakarta Timur
Telp 021-8400423, Fax 021-8411381. Email: moncas@sejarahtni.mil.id
GPS: -6.290627,106.908554
Buka Selasa – Minggu, 08.00-16.00. Senin tutup.
Tiket Rp.2.500, bus Rp.5.000, sedan Rp.3.000, motor Rp.1.000
Rombongan lebih dari 50 orang mendapat potongan.

Akses ke Monumen Pancasila Sakti

Mikrolet M28 Kampung Melayu – Pondok Gede | K 06 Kampung Rambutan – Pondok Gede – Ujung Aspal Kranggan | KWK Chandra 04 Cililitan – Pondok Gede | KWK 461 UKI – Pondok Gede – Pasar Rebo | KWK T 05 Cililitan – Setu | KWK T 05A Kampung Rambutan – Lubang Buaya | Metromini T45 Pulo Gadung – Pondok Gede – TMII
Dari tepi jalan raya jalan kaki 500m.

sumber:http://thearoengbinangproject.com/2011/06/monumen-pancasila-sakti-jakarta/

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | GreenGeeks Review